Bahasa Lampung, sastra puisi lampung
BAB I
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan seseorang secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik terdiri atas diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi (rima, ritma, dan metrum), dan tipografi puisi. Struktur batin terdiri atas tema, nada, perasaan, dan amanat. Kedua struktur itu terjalin dan terkombinasi secara utuh yang membentuk dan memungkinkan sebuah puisi memantulkan makna, keindahan, dan imajinasi bagi penikmatnya.
2.2 Bentuk-Bentuk Sastra Puisi Lampung
a. Paradinei/Paghadini
Paradinei/paghadini adalah puisi Lampung yang biasa digunakan dalam upacara penyambutan tamu pada saat berlangsungnya pesta pernikahan secara adat. Paradinei/paghadini diucapkan jurubicara masing-masing pihak, baik pihak yang datang maupun yang didatangi. Secara umum, isi paradinei/paghadini berupa tanya jawab tentang maksud atau tujuan kedatangan.
Contoh1:
Penano cawono pun, tabik ngalimpuro.
Sikam jo keno kayun, tiyan sai tuho rajo.
Ki cawo salah susun, maklum kurang biaso.
Sikam nuppang betanyo, jamo metei sango iringan.
Metei jo anjak kedo, nyo maksud dan tujuan.
Mak dapek lajeu di jo, ki mak jelas lapahan.
dst.
Contoh 2:
Tabik pun nabik tabik,tabik pun ngalimpukha
sikam ji sanak tepik,haga numpang butanya
mahaf ki salah cutik,gelakhne mangkung biasa
sikam numpang butanya,jama pekhwatin si wat dija
kuti ji anjak ipa,api haga cekhita
dst.
b. Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan
Pepaccur/Pepaccogh/Wawancan adalah salah satu jenis sastra lisan Lampung yang berbentuk puisi, yang lazim digunakan untuk menyampaikan pesan atau nasihat dalam upacara pemberian gelar adat (adek/adok). Adapun ciri-ciri pepaccur adalah :
1. Tidak ada pembukaan
2. Berisikan nasihat
3. Memiliki pola ab ab, abcd, abc abc
4. Dapat dilakukan dimana sajabagi yang memerlukan nasihat.
Sudah menjadi adat masyarakat Lampung bahwa pada saat bujang atau gadis meninggalkan masa remajanya, pasangan pengantin itu diberi adek/adok sebagai penghormatan dan tanda bahwa mereka sudah berumah tangga. Pemberian adek/adokdilakukan dalam upacara adat yang dikenal dengan istilah ngamai adek/ngamai adok(jika dilakukan di tempat mempelai wanita), nandekken adek dan inei adek/nandok,
gelakhne ............. anjak pekon .............
bingi hinji lagi senang sekhta bahagia
lain moneh tipugampang astawa dipumudah
adokne sanak sinji yakdo lah ............
dst.
c. Segata
Pantun/Segata/Adi-Adi adalah salah satu jenis puisi Lampung yang di kalangan etnik Lampung lazim digunakan dalam acara-acara yang sifatnya untuk bersukaria, misalnya pengisi acara muda-mudi nyambai, miyah damagh, kedayek.[1]
1). Ciri-ciri sagata adalah :
a) 4 baris seuntai
b) Berirama ab ab
c) Baris 1,2 sampiran , 3,4 berupa isi
2). Macam-macam sagata :
a) Sagata sanak ngabambang (mengasuh anak)
b) Sagata nyindegh / nyindir (sindiran)
c) Sagata bukahaga / bekahago (percintaan)
d) Sagata lalaga’an / lelaga’an (berolok-olok)
e) Sagata nangguh (berpamitan)
Contoh pattun/segata:
Bukundang Kalah Sahing
Numpang pai nanom peghing
Titanom banjagh capa
Numpang pai ngulih-ulih
Jama kutti sai dija
Adek kesaka dija
Kuliak nambi dibbi
Adek gelagh ni sapa
Nyin mubangik ngughau ni
Budaghak dipa dinyak
Pullan tuha mak lagi
Bukundang dipa dinyak
Anak tuha mak lagi
Payu uy mulang pai uy
Dang saka ga di huma
Manuk disayang kenuy
Layau kimak tigaga
Nyilok silok di lawok
Lentera di balimbing
Najin ghalang kupenok
Kidang ghisok kubimbing
Kusassat ghelom selom
Asal putungga batu
Kusassat ghelom pedom
Asal putungga niku
Kughatopkon mak ghattop
Kayu dunggak pumatang
Pedom nyak sanga silop
Min pitu minjak miwang
Indani ghaddak minyak
Titanom di cenggighing
Musakik kik injuk nyak
Bukundang kalah sahing
Musaka ya gila wat
Ki temon ni peghhati
Ya gila sangon mawat
Niku masangkon budi
Ali-ali di jaghi kiri
Gelang di culuk kanan
Mahap sunyin di kutti
Ki salah dang sayahan
Terjemahannya:
Pacaran Kalah Saingan
Numpang menanam bambu
Ditanam dekat capa
Numpang bertanya
Kepada kalian di sini
Adik kapan kemari
Kulihat kemarin sore
Nama adik siapa
Agar enak memanggilnya
Berladang dimana aku
Hutan tua tiada lagi
Pacaran dengan siapa aku
Anak tua tiada lagi
Ya uy pulang dulu uy
Jangan lama-lama di ladang
Ayam disayang elang
Kacau kalau tak dicegah
Melihat-lihat di laut
Lentera di balimbing
Walau jarang kulihat
Tapi sering kuucap
Kucari ke dasar gelap
Asal bersua batu
Kucari hingga ke tidur
Asal bersua denganmu
Kurebahkan tak rebah
Kayu di ujung pematang
Sejenak aku tertidur
Tujuh kali terbangun menangis
Layaknya ghaddak minyak
Ditanam di lereng bukit
Betapa derita kurasakan
Pacaran kalah saingan
Sudah lama sebenanya ada
Kalau memang lebih perhatian
Ya memang tidak
Kau menanam budi
Cincin di jari kiri
Gelang di kaki kanan
Maaf semuanya kepada kalian
Kalau salah jangan mengejek
d. Bebandung
Bebandung adalah puisi Lampung yang berisi petuah-petuah atau ajaran yang berkenaan dengan agama Islam. Pada zaman dahulu bubandung di gunakan untuk menyampaikan pesan-pesan atau nasihat kepada orang lain dengan cara sindiran ,terkadang di buat dalam bentuk puisi.[2]
Bubandung artinya bertemu ,bebandung adalah pertemuan yang disampaikan pada saat mengadakan pertemuan adat, acara bujang gadis dan sebagainya. Pada umumnya bubandung berisikan :
1. Bubandung santeghi berisikan nasihat agama maupun ajaran bermasyarakat.
2. Bubandung cekhita berisi cerita. Misalnya cerita kesedihan, cerita kegembiraan dan lain-lain.
3. Bubandung usul (taghsul) berisi ajaran keyakinan idiologi yang perlu di tanamkan.
Contoh bubandung santeghi dengan menggunakan dialek “O” :
Nabi Muhammad ino Rosul
Alam rayo pun bersyukur
Ghasone selamat tigeh dikubur
Carone shalat zakat dan jujur
Gajah lapah cakak mubil
Ago atraksei main bal
Nayah jimo pannai bedalil
Padahal ino ngurangei amal
e. Ringget/Pisaan
Ringget/pisaan/dadi/highing-highing/wayak/ngehahaddo/hahiwang adalah puisi tradisi Lampung yang lazim digunakan sebagai pengantar acara adat, pelengkap acara pelepasan pengantin wanita ke tempat pengantin pria, pelengkap acara tarian adat (cangget), pelengkap acara muda-mudi (nyambai, miyah damagh, atau kedayek), senandung saat meninabobokan anak, dan pengisi waktu bersantai. Contoh ringget dengan menggunakan dialek “O” :
Ikam ago betulang
Perwatin ghadeu mengan
Cubo pai sedeu kupei
Butangguh ago mulang
Jamo gham selakian
Jam unyin muaghei
Suaro ghadeu lattang
Ino tando mak supan
Gegeh dilem ngipei
Lain ikam mak senang
Jamo gham sekalian
Kimak ino raso atei
Lai ikam mak senang
Jam kham sekalian
Kimak ina khasa hati
f. Talibun
Talibun adalah karya sastra lisan berupa pantun seuntai dan memiliki rumusan sajak akhir abc, abc.[3]contoh :
Nagalinang luh ngaghawang
Unyin sikam sai di tinggal
Sanak atawa pamili
Kibau kak ago ngubang
Lamen ghasan mak gagak
Mulei sikam jo sepei
Gegeh tanjagh kelittang
Susunan anjak awal
Tata titei perretei
Bunyei canang sai lattang
Ngucap selamat tinggal
Sanggup ghasono kuguk buwei
g. Hahiwanga
Yaitu bentuk puisi yang berisikan suatu kisah atau cerita sedih. Perbedaan hahiwang dengan bubandung adalah :
1) Bubandung berisi kegembiraan atau kelucuan ,sedangkan hahiwang berisi cerita sedih
2) Syair dari bubandung terdiri dari empat baris dari tiap bait, sedangkan hahiwang enam baris tiap bait atau lebih
3) Lagu/ ritme bubandung dilagukan dengan nada kegembiraan ,sedang hahiwang dengan nada yang sedih.
Contoh hahiwangan dalam dialek “A” :
Sakik sikam ji nimbang
Kak kapan ago segai
Hiwang ni sanak malang
Sikal kilu mahap pai
Hgatong mangedok sai di usung
Ya gila sanak aghuk
Apak ni saka lijung
Sisi di tinggal induk
Sisi di tinggal induk
Mangedok daya lagi
Sikam ghatong jak bungkuk
Nyeghahko jama kuti
No comments:
Post a Comment